Bumi yang subur adalah tanah kita, karunia yang harus
dipertanggungjawabkan dan bukan untuk dirusak. Matahari sepanjang tahun dan
curah hujan yang cukup optimal adalah salah satu cermin dari tanah yang
dilewati oleh garis katulistiwa. Hal ini tentu saja menjadikan negeri ini
sangat hijau khas tropis.
Di negeri permai ini, terdapat 329 jenis buah buahan baik
yang merupakan jenis asli Indonesia maupun pendatang (uji,2007). Jumlah
tersebut telah mewakili tiga perempat dari buah-buahan yang ada diseluruh Asia.
Namun pada praktiknya buah-buahan lokal indonesia saat ini masih belum menjadi
pilihan utama bagi konsumen Indonesia.
Mengutip pernyataan dari Ketua Himpunan Alumni IPB, Said
Didu mengatakan kondisi ini disebabkan oleh kurang tersedianya benih
berkualitas dalam jumlah memadai, lemahnya kegairahan petani untuk produk
buah-buahan. Dan juga kurang memadainya infrastruktur logistik buah. Selain itu
, minimnya minat konsumen dan ketersediaan buah lokal di pasar modern juga
menjadi penyebab produk dalam negeri kalah bersaing(Kuntarsih,2013).
Isu apel import berbakteri seolah menjadi momentum
tersendiri bagi bangkitnya buah lokal. Ini juga merupakan salah satu bukti
bahwa produk import tidak menjamin kualiatas yang terbaik. Saya percaya apel
malang tidak kalah berkualitas dengan apel-apel import tersebut.
Buah lokal itu.......
1 1.
Buah lokal dihasilkan oleh petani lokal
Konsumsi buah lokal artinya kita telah
menghargai dan mencintai produk dalam negeri hasil kerja keras para petani
nasional.
2 2.
Buah lokal lebih ramah lingkungan
Terlepas dari teknik budidaya yang
digunakan, buah lokal tentunya memiliki carbon foot print (jejak karbon) yang
lebih rendah dari pada buah import. Akan lebih ramah lingkungan lagi apabila
buah tersebut berasal dari daerah yang sama dengan tempat kita membelinya.
sumber gambar: indiagetgreenblog.com
3. Buah lokal (gentayangan) dimana-mana
Tidak sulit untuk menemukan keberadaan buah
lokal di sebagian besar daerah di Indonesia, bahkan tukang buah(rujak) keliling
pun selalu menjajakan buah lokal seperti Pepaya, nanas, bengkoang, mangga,
melon dan sebagainya. Keberadaan tukang buah(rujak) pun pantai kita apresiasi
karena telah menjadi garda terdepan dalam distribusi buah lokal.
Untuk wilayah solo sendiri sentra buah
lokal dapat ditemui di pasar gede, pasar legi, depan stasiun purwosari, dan
palur.
Sentra buah palur, karanganyar
Sumber gambar: dok pribadi
4 4.Buah lokal tidak begitu mahal
Buah lokal sebenarnya tidak begitu mahal,
terlebih jika dibeli ketika musimnya. Bahkan untuk buah-buahan sepanjang musim
memiliki harga yang cendrung stabil.
5 5. Nandur pohon buah ning omahe dewe (Tanam buah di
lingkungan sendiri)
Lahan pekarangan punya potensi besar untuk
produksi buah-buahan lokal secara mandiri, teknologi pertanian pun semakin maju
sehingga keterbatasan lahan pun dapat diatasi (vertical garden, tabulampot,dsb).
Selain menjadi sumber nutrisi keluarga beberapa jenis tanaman juga memiliki
nilai estetika tersendiri.
Tabulampot
Sumber gambar : http://blog.elevenia.co.id
Berpartisipasi dalam konsumsi
buah lokal tidaklah sulit tergantung dengan tekat kita. Dengan budget yang
minimpun kita tetap dapat memenuhi kebutuhan vitamin harian kita dengan
konsumsi buah lokal. Sebagai contoh dengan tiga ribu rupiah kita sudah
mendapatkan tiga potong buah dari penjual buah keliling. Harga jeruk manis di
pasar legi, Solo(17/9) berkisar 14-16rb/kg, apel malang 15rb/kg. So tidak ada
alasan lain bukan untuk tidak mendukung buah lokal? Ayo kita mulai dari
sekarang dan dari hal-hal kecil disekitar kita. Wassalam
Buah lokal
Sumber gambar: dok pribadi
Referensi :
Pendapatan
Meningkat, Konsumsi Buah Lokal Harus ‘Ikutan’.
http://swa.co.id/listed-articles/pendapatan-meningkat-konsumsi-buah-lokal-harus-ikutan.
diakses pada 21 September 2014
Tri basuki. buah lokal vs buah import. http://www.technology-indonesia.com/pertanian-dan-pangan/perkebunan/201-buah-lokal-vs-buah-impor. diakses pada 20 september 2014