Monday, 23 February 2015

Mengapa harus buah lokal?


Bumi yang subur adalah tanah kita, karunia yang harus dipertanggungjawabkan dan bukan untuk dirusak. Matahari sepanjang tahun dan curah hujan yang cukup optimal adalah salah satu cermin dari tanah yang dilewati oleh garis katulistiwa. Hal ini tentu saja menjadikan negeri ini sangat hijau khas tropis.


Di negeri permai ini, terdapat 329 jenis buah buahan baik yang merupakan jenis asli Indonesia maupun pendatang (uji,2007). Jumlah tersebut telah mewakili tiga perempat dari buah-buahan yang ada diseluruh Asia. Namun pada praktiknya buah-buahan lokal indonesia saat ini masih belum menjadi pilihan utama bagi konsumen Indonesia.

Mengutip pernyataan dari Ketua Himpunan Alumni IPB, Said Didu mengatakan kondisi ini disebabkan oleh kurang tersedianya benih berkualitas dalam jumlah memadai, lemahnya kegairahan petani untuk produk buah-buahan. Dan juga kurang memadainya infrastruktur logistik buah. Selain itu , minimnya minat konsumen dan ketersediaan buah lokal di pasar modern juga menjadi penyebab produk dalam negeri kalah bersaing(Kuntarsih,2013).

Isu apel import berbakteri seolah menjadi momentum tersendiri bagi bangkitnya buah lokal. Ini juga merupakan salah satu bukti bahwa produk import tidak menjamin kualiatas yang terbaik. Saya percaya apel malang tidak kalah berkualitas dengan apel-apel import tersebut.

 Buah lokal itu.......

1   1.     Buah lokal dihasilkan oleh petani lokal
Konsumsi buah lokal artinya kita telah menghargai dan mencintai produk dalam negeri hasil kerja keras para petani nasional. 

2   2.    Buah lokal lebih ramah lingkungan
 
Terlepas dari teknik budidaya yang digunakan, buah lokal tentunya memiliki carbon foot print (jejak karbon) yang lebih rendah dari pada buah import. Akan lebih ramah lingkungan lagi apabila buah tersebut berasal dari daerah yang sama dengan tempat kita membelinya. 






sumber gambar: indiagetgreenblog.com




 3. Buah lokal (gentayangan) dimana-mana
Tidak sulit untuk menemukan keberadaan buah lokal di sebagian besar daerah di Indonesia, bahkan tukang buah(rujak) keliling pun selalu menjajakan buah lokal seperti Pepaya, nanas, bengkoang, mangga, melon dan sebagainya. Keberadaan tukang buah(rujak) pun pantai kita apresiasi karena telah menjadi garda terdepan dalam distribusi buah lokal.
Untuk wilayah solo sendiri sentra buah lokal dapat ditemui di pasar gede, pasar legi, depan stasiun purwosari, dan palur. 
 Sentra buah palur, karanganyar 
Sumber gambar: dok pribadi

4   4.Buah lokal tidak begitu mahal
Buah lokal sebenarnya tidak begitu mahal, terlebih jika dibeli ketika musimnya. Bahkan untuk buah-buahan sepanjang musim memiliki harga yang cendrung stabil. 

5   5. Nandur pohon buah ning omahe dewe (Tanam buah di lingkungan sendiri)
Lahan pekarangan punya potensi besar untuk produksi buah-buahan lokal secara mandiri, teknologi pertanian pun semakin maju sehingga keterbatasan lahan pun dapat diatasi (vertical garden, tabulampot,dsb). Selain menjadi sumber nutrisi keluarga beberapa jenis tanaman juga memiliki nilai estetika tersendiri.
 Tabulampot
Sumber gambar : http://blog.elevenia.co.id


Berpartisipasi dalam konsumsi buah lokal tidaklah sulit tergantung dengan tekat kita. Dengan budget yang minimpun kita tetap dapat memenuhi kebutuhan vitamin harian kita dengan konsumsi buah lokal. Sebagai contoh dengan tiga ribu rupiah kita sudah mendapatkan tiga potong buah dari penjual buah keliling. Harga jeruk manis di pasar legi, Solo(17/9) berkisar 14-16rb/kg, apel malang 15rb/kg. So tidak ada alasan lain bukan untuk tidak mendukung buah lokal? Ayo kita mulai dari sekarang dan dari hal-hal kecil disekitar kita. Wassalam 


 

Buah lokal
Sumber gambar: dok pribadi


Referensi :

Azizah.2008.Analisis Pengaruh Persepsi Dan Preferensi Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Buah Lokal

 Ellyzar Zachra P.B.Pendapatan Meningkat, Konsumsi Buah Lokal Harus ‘Ikutan’. http://swa.co.id/listed-articles/pendapatan-meningkat-konsumsi-buah-lokal-harus-ikutan. diakses pada 21 September 2014

Tri basuki. buah lokal vs buah import. http://www.technology-indonesia.com/pertanian-dan-pangan/perkebunan/201-buah-lokal-vs-buah-impor. diakses pada 20 september 2014






Lanjutkan Membaca...

Sunday, 13 April 2014

Konsep Etika Kerja Islami



Islam menyediakan iklim kerja di mana etika tidak lepas dari ekonomi Islam yang melimpahkan dimensi etika pada semua jenis pekerjaan dan memperluas nilai etis dalam pekerjaan . Alidan Owaihan(2008) mengusulkan empat konsep utama yang membangun etika kerja islami. Keempat konsep Tersebut adalah: usaha, kompetisi, transparansi, dan tanggung jawab moral. Keempat fungsi ini apabila diamalkan dengan benar akan dapat memaksimalkan peran serta pemuda muslim dalam pembentukan masyarakat madani yang berkarakter.

1.    Usaha dilihat sebagai sesuatu yang dibutuhkan untuk melayani diri sendiri dan masyarakat. Keterlibatan produktif meminimalkan permasalahan ekonomi dan sosial, meskipun tetap mengijinkan seseorang meraih standar kehidupan yang layak untuk dirinya dan keluarganya. Pemuda hendaknya memberikan kontribusi terbaiknya di lingkungannya.

Sesungguhnya orang yang paling baik untuk kita ambil sebagai pekerja adalah orang yang memiliki kemampuan dan terpercaya”(QS. 28:26)

Memiliki etos kerja dengan usaha yang terbaik dan dengan mengharapkan Ridho Allah akan membawa semangat untuk terus bekerja dengan maksimal sehingga kualitas kerja pemuda pun akan optimal. Kontribusi dari pemuda muslim pun  dapat ditingkatkan dengan pendekatan ini.

2.     Kompetisi. Para pemuda muslim harus berkompetisi dengan adil dan jujur dan melakukan aktivitas mereka dengan niat yang baik pula. Bersaing dengan adil dan jujur akan membawa kepercayaan jangka panjang dengan konsekuensi hasil usaha saling menguntungkan. Islam mengatur etika kerja dengan menghalalkan kompetisi namun harus dengan cara yang adil dan niatan yang baik, seperti yang tercantum pada surat Al baqarah 148

“.....Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan....”



3.     Transparansi, Bisnis maupun kerja pada dasarnya harus berlandaskan etika dan moral, salah satu syarat untuk mencapai hal tersebut adalah transparansi. Transparansi didasarkan pada saling pengertian dan saling terbuka. Komunikasi dan silaturrahim antar pemuda muslim harus senantiasa terjaga agar tercipta rasa persatuan dan kesatuan sehingga pergerakan mendapatkan harmoni yang baik.

4.    Konsep terakhir adalah Tanggung Jawab moral. Konsep ini muncul pada awal terjadinya perdagangan dunia. Ketika belum terdapat aturan standar etis antara produsen dan pedagang, Rasulullah Muhammad SAW mengubah budaya kerja tidak hanya untuk keuntungan bisnis namun juga untuk kemaslahatan. Ada suatu tanggung jawab moral yang didapat para pemuda Islam ketika mereka memegang suatu amanah baik itu amanah yang besar maupun yang kecil, karena amanah tetaplah amanah yang harus senantiasa dijaga.

Setiap usaha yang dilakukan manusia memiliki tanggung jawab moral yang harus diterima sebagai implikasi perbuatan.  Implikasi tersebut dapat diterima didunia sebagai kinerja maupun diterima di akhirat kelak sebagai pahala atau dosa. Pemuda islam yang memiliki tanggung jawab moral yang baik akan senantiasa menjadi terjaga etos kerjanya, amanah, dan siap menerima segala akibat yang mereka kerjakan.

Daftar Pustaka:



Ali,AJ&Al Owaihan,A.2008,“Islamic work ethic: a critical review”, Cross Cultural Management Development, vol. 14, no. 6, pp. 519


Sumber Gambar:
http://www.legal.uillinois.edu

Lanjutkan Membaca...

Menggali Potensi Energi Terbarukan Indonesia


Kalo ngomongin masalah energi, tentunya sangat identik dengan bensin, solar maupun bahan bakar berbasis fosil lainnya, paradigma ini selalu menjadi analogi sederhana ya kalo bensin itu ya berasal dari minyak bumi dari fosil yang terbentuk jutaan tahun silam.Dikalangan akademis dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi mungkin lebih familiar juga dengan energi terbarukan, atau EBT (Energi Baru Terbarukan) namun juga masih banyak yang tidak begitu mengenal energi alternatif ini, padahal energi terbarukan ini merupakan isu yang cukup krusial karena energi merupakan salah satu  hal yang menyangkut hajad hidup orang banyak. Dan energi ini dipercaya dapat menjadi energi masa depan yang lebih bersih dan terbarukan.

Energi terbarukan adalah sumber energi yang dihasilkan dari sumberdaya energi yang secara alamiah tidak akan habis dan dapat berkelanjutan jika dikelola dengan baik, antara lain : panas bumi, biofuel, aliran air sungai, panas surya, angin, biomassa, biogas, ombak laut, dan suhu kedalaman laut[1]. Energi terbarukan mulai menjadi perhatian serius dunia khususnya sejak awal milenium ini ketika harga minyak dunia yang terus meningkat. Beberapa negara maju telah memanfaatkan energi terbarukan sesuai dengan potensi yang ada dinegara mereka. Jerman dan Amerika menjadi inovator utama dalam rekayasa energi terbarukan dunia, India dan Brazil pun telah memiliki faktor produksi dan sistem yang terintegrasi dalam pengolahan energi terbarukan mereka khususnya berbasis pertanian.


Sumber Gambar: http://lunar.thegamez.net 

Potensi Energi Terbarukan Indonesia

Indonesia yang merupakan negara agraris tentu memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar. diantaranya, mini/micro hydro sebesar 450 MW, Biomass 50 GW, energi surya 4,80 kWh/m2/hari, energi angin 3-6 m/det dan energi nuklir 3 GW[2].

Potensi Indonesia saat ini tidak hanya pada SDA saja, namunSDM Indonesia saat ini sebenernya juga sudah cukup kompeten untuk mengelola potensi energi terbarukan ini. Perguruan Tinggi baik negeri atau swasta saat ini memiliki potensi untuk pemanfaatan potensi ini..

Saat ini pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) mengacu kepada Perpres No. 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional. Dalam Perpres ini juga tertuang estimasi kontribusi EBT dalam bauran energi primer nasional pada tahun 2025 adalah sebesar 17% dengan komposisi Bahan Bakar Nabati sebesar 5%, Panas Bumi 5%, Biomasa, Nuklir, Air, Surya, dan Angin 5%, serta batubara yang dicairkan sebesar 2%. Sehingga dengan kontribusi tersebut maka diharapkan akan tercipta kemandirian energi nasional yang berasal dari energi fosil dan non fosil.

Potensi yang besar tersebut, cukup disayangkan sampai saat ini belum terdapat projek yang cukup”serius” dalam pemanfaatan energi terbarukan berbasis pertanian ini. Program saat ini cendrung berbasis proyek dan tidak memiliki orientasi yang berkelanjutan, berbagai contoh kegagalan proyek ini kerap ditemui seperti kegagalan perkebunan jarak pagar di Yogyakarta, instalasi pengolahan bioetanol di Riau, dan lain sebagainya

Energi Terbarukan Indonesia

Biofuel atau bahan bakar nabati (BBN) merupakan merupakan salah bentuk energi terbarukan berbasis pertanian. BBN dapat dihasilkan dari berbagai tanaman yang mengandung kadar etanol yang tinggi seperti Jarak, Sawit, Nyamplung, Kemiri, sorgum, dan tanaman lainnya. Iklim tropis Indonesia merupakan kekuatan utama dalam pengembangan energi berbasis pertanian ini. Negara di Amerika Latin saat ini selangkah lebih maju dengan infrastruktur yang sudah terintegrasi dengan baik.

 BBN sendiri mulai dipasarkan secara komersil di Indonesia sejak tahun 2006 berupa biosolar, biopremium dan biopertamax. Pemerintah saat ini melakukan langkah pencampuran bahan bakar guna menekan penggunaan BBM fosil. Konsumsi BBN biosolar meningkat dari 1,4 juta SBM (2006) menjadi 15,5 juta SBM (2009). Konsumsi BBN biopremium+ dan biopertamax meningkat dari 9,5 ribu SBM (2006) menjadi 734,5 ribu SBM (2009). Tren seperti ini diharapkan akan terus berlanjut sehingga kontribusi BBN di bauran energi Indonesia diharapkan dapat mencapai sekitar 5% di tahun 2025[3] . dengan strategi tersebut, Pemerintah memperkirakan impor solar turun 100 ribu barel per hari (bph) atau 15.800 kiloliter per hari dengan penggunan bahan bakar nabati. Dengan demikian, impor BBM jenis solar menurun US$3,5 miliar atau 3,5 juta kilo liter dari jumlah total impor solar sebesar US$35 miliar atau 35 juta kilo liter. Selain itu penggunaan biofuel juga bisa mengurangi transaksi mata uang dolar AS sehingga penghematan bisa mencapai US$63 juta(Sumber:Kemenperin).

Penggunaan BBN di Indonesia masih pada sektor transportasi. Di masa mendatang, diharapkan BBN juga dimanfaatkan oleh sektor-sektor yang saat ini banyak menggunakan BBM yaitu industri dan pembangkit listrik. Permintaan BBN masa mendatang diperkirakan akan meningkat cukup pesat sejalan dengan program-program nasional pengembangan BBN termasuk program mandatory pemanfaatan BBN. Dengan potensi yang begitu besar di bumi pertiwi ini harapannya adalah kemakmuran, memang masih banyak tantangan yang harus dihadapi sampai pada saatnya energi terbarukan ini benar-benar dapat dioptimalkan dengan baik.



[1] Peraturan Presiden No 5 Tahun 2006
[2] Data Kementrian ESDM

[3] Energi Outlook 2010.Pusat data dan informasi ESDM Kementrian ESDM
 
Lanjutkan Membaca...
 

History Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template